Resensi Buku “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru Karangan Muhibbin Syah”
Resensi Buku “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru Karangan Muhibbin Syah” dikerjakan oleh penulis dalam memenuhi tugas perkuliahan.
Kandungan pokok dalam buku ini terdiri dari atas dua macam pembahasan yaitu 1) hal belajar; dan 2) hal mengajar. Hal-hal pokok tersebut dijadikan intisari pembahasan dalam buku ini mengingat pentingnya dalam setiap proses pengajaran baik dalam satuan pendidikan sekolah maupun satuan pendidikan luar sekolah.
Pembahasan mengenai hal belajar dihubungkan langsung dengan kegiatan siswa saat melakukan proses belajar (tahapan perilaku mempelajari materi) baik dilingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Sedangkan pembahasan mengenai mengajar dikaitkan dengan kegiatan guru khususnya ketika berada di tengah-tengah proses belajar-mengajar. Dengan demikian, selain proses belajar dan proses mengajar itu sendiri, sosok-sosok manuasia yang menjadi sorotan utama buku ini adalah siswa dan guru.
Hal-hal lain seperti tentang studi psikologi pendidikan dan perkembangan siswa dibahas dalam buku ini, namun tetap dalam konteks proses belajar dan mengajar. Dalam hal ini, kedua bidang bahasan tersebut dipandang sebagai bagian penting yang melandasi pembahasan inti sebagaimana tadi.
Definisi belajar pada asasnya ialah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif psositif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.Belajar memiliki arti penting bagi siswa dalam: 1) melaksanakan kewajiban keagamaan; 2) meningkatkan derajat kehidupan; dan 3) mempertahankan dan mengembangkan kehidupan. Perspektif psikologi, antara belajar, memori, dan pengetahuan terdapat hubungan yang tak terpisahkan.
Teori-teori pokok mengenai belajar terdiri atas: 1) koneksionisme; 2) pembiasaan klasik; 3) pembiasaan perilaku respon; 4) teori belajar kognitif. Teori kesatu, kedua, dan ketiga bersifat behavioristik, sedangkan teori keempat bersifat kognitif, yakni bahwa belajar adalah peristiwa mental bukan semata-mata behavioral.
Menurut aliran behaviorisme, setiap siswa lahir tanpa warisan/pembawaan apa-apa dari orangtuanya, dan belajar adalah kegiatan refleks-refleks jasmani terhadap stimulus yang ada serta tidak ada hubungannya dengan bakat dan kecerdasan atau warisan pembawaan.
Menurut aliran kognitif, setiap siswa lahir dengan bakat dan kemampuan mental yang menjadu basis kegiatan belajar. Faktor bawaan memungkinkan siswa untuk menentukan merespons atau tidak terhadap stimulus, sehingga belajar tidak bersifat otomatis seperti robot.
Fase belajar menurut Bruner, meliputi: 1) informasi (penerimaan materi); 2) transformasi (pengubahan materi dalam memori); dan 3) evaluasi (penilaian terhadap penguasaan materi). Sedangkan menurut Wittig, fase belajar meliputi: 1) acquisition (perolehan materi); 2) storage (proses penyimpanan); dan 3) retrieval (memproduksi/mengungkapkan kembali materi dari memori).
Ciri khas perubahan dalam belajar meliputi perubahan-perubahan yang bersifat: 1) intensional (disengaja); 2) positif dan aktif (bermanfaat dan atas hasil usaha sendiri); dan 3) efektif dan fungsional (berpengaruh dan mendorong timbulnya perubahan baru).Manifestasi perilaku belajar tampak dalam: 1) kebiasaan; 2) keterampilan; 3) pengamatan; 4) berpikir asosiatif dan daya ingat; 5) berpikir rasional dan kritis; 6) sikap; 7) inhibisi (menghindari hal yang mubazir); 8) apresiasi (menghargai karya-karya bermutu); dan 9) tingkah laku afektif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri atas: 1) faktor internal (dari dalam diri siswa); 2) faktor eksternal (dari luar siswa); dan 3) faktor pendekatan belajar siswa. Faktor internal meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Sedangkan faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar, sehingga semakin mendalam cara belajar siswa semakin baik hasilnya. Pendekatan belajar siswa dapat dibagi menjadi tiga macam tingkatan yaitu pendekatan tinggi (speculaive and achieving), pendekatan sedang (analitical and deep), dan pendekatan rendah (reproductive and surface).
Evaluasi beajar adalah penilaian terhadap keberhasilan program pembelajaran siswa. Tujuan dari evaluasi yaitu 1) untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa; 2) untuk menentukan posisi siswa dalam kelompoknya; 3) untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar; 4) untuk mengetahui segala upaya siswa dalam mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar; dan 5) untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan oleh guru dalam proses belajar-mengajar. Dengan demikian, apabila sebuah metode yang digunakan guru tidak mendorong munculnya prestasi belajar siswa yang memuaskan, guru dianjurkan untuk mengganti metode atau mengkombinasikan dengan metode lain yang serasi.
Mengajar pada asasnya adalah kegiatan mengembangkan seluruh potensi ranah psikologis melalu penataan lingkungan sebaik-bainya dan menghubungkannya kepada siswa agar terjadi proses belajar. Secara kuantitatif mengajar menyampaikan pengetahuan sebanyak-banyaknya. Secara institusional mengajar berarti mengadaptasikan teknik mengajar sesuai dengan bakat, kemampuan dan kebutuhan siswa. Secara kualitatif mengajar berarti membantu memudahkan siswa dalam membentuk makna dan pemahamannya sendiri.
Pandangan mengajar sebagai ilmu hanya menekankan pada pentingnya penguasaan guru atas berbagai pengetahuan, sedangkan pandangan mengajar sebagai seni menganggap bakat keguruan lebih penting daripada pengetahuan. Proses mengajar terdiri atas tahap-tahap: prainstruksional termasuk kegiatan pretest, instruksional (penyajian materi), dan evaluasi serta tindak lanjut termasuk kegiatan post test dan pemberian tugas.
Dalam menggajar juga terdapat metode mengajar. Metode mengajar ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan penyajian materi pelajaran. Rumpun model mengajar terdiri atas model-model: information processing, social, personal, dan behavioral. Model information processing sebagai sebuah rumpun model mengajar yang perlu dipelajari dan diterapkan sebaik-baiknya dalam proses belajar mengajar agar ranah cipta siswa dapat berkembang dan berfungsi secara optimal. Ranah cipta siswa disini yaitu terdiri dari daya cipta akal, pola berpikir kritis siswa, pengembangan siswa dan sosio-emosional siswa.
Model personal, rumpun model personal pada umumnya berorientasi pada pengembangan pribadi siswa dengan lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutama fungsi emosiona dan lebih ditekankan pada pembentukan dan pengorganisasian realitas kehidupan lingkungan. Model sosial, rumpun model mengajar yang menitik beratkan pada proses interaksi antar individu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut, serta memprioritaskan pada pengembangan kecakapan individu (siswa) dalamberhubungan dengan orang lain atau masyarakat sekitar.
Model behavioral,rumpun model mengajar yang lebih menitik beratkan pada pengembangan perilaku yang direkayasa atas dasar kerangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar dan mengajar. Aktivitas mengajar dalam teori ini, harus ditujukan pada timbulnya perilaku baru atau berubahnya perilaku siswa ke arah yang sejalan dengan harapan/tujuan pembelajaran.
Guru adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, dalam arti mengembangkan ranah cipta, rasa, dan karsa siswa sebagai implementasi konsep ideal mendidik. Karakteristik kepribadian guru meliputi: fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan yang memadai dalam situasi tertentu. Guru yang mempunyai fleksibilitas kognitif yang bagus pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan mampu beradaptasi dalam segala kondisi.
Keterbukaan psikologis merupakan dasar kompetensi profesional (kemampuan dan kewenangan melaksanakan tugas) keguruan yang harus dimiliki oleh setiap guru. Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediaan yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempat bekerja. Selain itu juga memiliki empati dan mau menerima kritik dengan ikhlas.
Fungsi guru dalam proses pembelajaran yang dijelaskan dalam buku ini ada tiga yaitu: 1) designer of instruction (perancang pengajara); 2) manager of instruction (pengelola pengajaran); dan 3) evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa). Guru sebagai designer of instruction yakni seorang guru untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan pembelajaran yang berhaasil dan berdaya guna. Guru sebagai manager of instruction yaituguru sebagai pengelola pengajaran, dimana guru harus mampu mengelola (menyelenggarakan dan mengendalikan) seluruh tahapan proses pembelajaran. Kemudian guru sebagai evaluator of student learning, yakni fungsi guru haruslah mampu menilai hasil belajar siswa dengan mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar siswa atau kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran.
Kandungan pokok dalam buku ini terdiri dari atas dua macam pembahasan yaitu 1) hal belajar; dan 2) hal mengajar. Hal-hal pokok tersebut dijadikan intisari pembahasan dalam buku ini mengingat pentingnya dalam setiap proses pengajaran baik dalam satuan pendidikan sekolah maupun satuan pendidikan luar sekolah.
Pembahasan mengenai hal belajar dihubungkan langsung dengan kegiatan siswa saat melakukan proses belajar (tahapan perilaku mempelajari materi) baik dilingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Sedangkan pembahasan mengenai mengajar dikaitkan dengan kegiatan guru khususnya ketika berada di tengah-tengah proses belajar-mengajar. Dengan demikian, selain proses belajar dan proses mengajar itu sendiri, sosok-sosok manuasia yang menjadi sorotan utama buku ini adalah siswa dan guru.
Hal-hal lain seperti tentang studi psikologi pendidikan dan perkembangan siswa dibahas dalam buku ini, namun tetap dalam konteks proses belajar dan mengajar. Dalam hal ini, kedua bidang bahasan tersebut dipandang sebagai bagian penting yang melandasi pembahasan inti sebagaimana tadi.
Definisi belajar pada asasnya ialah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif psositif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.Belajar memiliki arti penting bagi siswa dalam: 1) melaksanakan kewajiban keagamaan; 2) meningkatkan derajat kehidupan; dan 3) mempertahankan dan mengembangkan kehidupan. Perspektif psikologi, antara belajar, memori, dan pengetahuan terdapat hubungan yang tak terpisahkan.
Teori-teori pokok mengenai belajar terdiri atas: 1) koneksionisme; 2) pembiasaan klasik; 3) pembiasaan perilaku respon; 4) teori belajar kognitif. Teori kesatu, kedua, dan ketiga bersifat behavioristik, sedangkan teori keempat bersifat kognitif, yakni bahwa belajar adalah peristiwa mental bukan semata-mata behavioral.
Menurut aliran behaviorisme, setiap siswa lahir tanpa warisan/pembawaan apa-apa dari orangtuanya, dan belajar adalah kegiatan refleks-refleks jasmani terhadap stimulus yang ada serta tidak ada hubungannya dengan bakat dan kecerdasan atau warisan pembawaan.
Menurut aliran kognitif, setiap siswa lahir dengan bakat dan kemampuan mental yang menjadu basis kegiatan belajar. Faktor bawaan memungkinkan siswa untuk menentukan merespons atau tidak terhadap stimulus, sehingga belajar tidak bersifat otomatis seperti robot.
Fase belajar menurut Bruner, meliputi: 1) informasi (penerimaan materi); 2) transformasi (pengubahan materi dalam memori); dan 3) evaluasi (penilaian terhadap penguasaan materi). Sedangkan menurut Wittig, fase belajar meliputi: 1) acquisition (perolehan materi); 2) storage (proses penyimpanan); dan 3) retrieval (memproduksi/mengungkapkan kembali materi dari memori).
Ciri khas perubahan dalam belajar meliputi perubahan-perubahan yang bersifat: 1) intensional (disengaja); 2) positif dan aktif (bermanfaat dan atas hasil usaha sendiri); dan 3) efektif dan fungsional (berpengaruh dan mendorong timbulnya perubahan baru).Manifestasi perilaku belajar tampak dalam: 1) kebiasaan; 2) keterampilan; 3) pengamatan; 4) berpikir asosiatif dan daya ingat; 5) berpikir rasional dan kritis; 6) sikap; 7) inhibisi (menghindari hal yang mubazir); 8) apresiasi (menghargai karya-karya bermutu); dan 9) tingkah laku afektif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri atas: 1) faktor internal (dari dalam diri siswa); 2) faktor eksternal (dari luar siswa); dan 3) faktor pendekatan belajar siswa. Faktor internal meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Sedangkan faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar, sehingga semakin mendalam cara belajar siswa semakin baik hasilnya. Pendekatan belajar siswa dapat dibagi menjadi tiga macam tingkatan yaitu pendekatan tinggi (speculaive and achieving), pendekatan sedang (analitical and deep), dan pendekatan rendah (reproductive and surface).
Evaluasi beajar adalah penilaian terhadap keberhasilan program pembelajaran siswa. Tujuan dari evaluasi yaitu 1) untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa; 2) untuk menentukan posisi siswa dalam kelompoknya; 3) untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar; 4) untuk mengetahui segala upaya siswa dalam mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar; dan 5) untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan oleh guru dalam proses belajar-mengajar. Dengan demikian, apabila sebuah metode yang digunakan guru tidak mendorong munculnya prestasi belajar siswa yang memuaskan, guru dianjurkan untuk mengganti metode atau mengkombinasikan dengan metode lain yang serasi.
Mengajar pada asasnya adalah kegiatan mengembangkan seluruh potensi ranah psikologis melalu penataan lingkungan sebaik-bainya dan menghubungkannya kepada siswa agar terjadi proses belajar. Secara kuantitatif mengajar menyampaikan pengetahuan sebanyak-banyaknya. Secara institusional mengajar berarti mengadaptasikan teknik mengajar sesuai dengan bakat, kemampuan dan kebutuhan siswa. Secara kualitatif mengajar berarti membantu memudahkan siswa dalam membentuk makna dan pemahamannya sendiri.
Pandangan mengajar sebagai ilmu hanya menekankan pada pentingnya penguasaan guru atas berbagai pengetahuan, sedangkan pandangan mengajar sebagai seni menganggap bakat keguruan lebih penting daripada pengetahuan. Proses mengajar terdiri atas tahap-tahap: prainstruksional termasuk kegiatan pretest, instruksional (penyajian materi), dan evaluasi serta tindak lanjut termasuk kegiatan post test dan pemberian tugas.
Dalam menggajar juga terdapat metode mengajar. Metode mengajar ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan penyajian materi pelajaran. Rumpun model mengajar terdiri atas model-model: information processing, social, personal, dan behavioral. Model information processing sebagai sebuah rumpun model mengajar yang perlu dipelajari dan diterapkan sebaik-baiknya dalam proses belajar mengajar agar ranah cipta siswa dapat berkembang dan berfungsi secara optimal. Ranah cipta siswa disini yaitu terdiri dari daya cipta akal, pola berpikir kritis siswa, pengembangan siswa dan sosio-emosional siswa.
Model personal, rumpun model personal pada umumnya berorientasi pada pengembangan pribadi siswa dengan lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutama fungsi emosiona dan lebih ditekankan pada pembentukan dan pengorganisasian realitas kehidupan lingkungan. Model sosial, rumpun model mengajar yang menitik beratkan pada proses interaksi antar individu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut, serta memprioritaskan pada pengembangan kecakapan individu (siswa) dalamberhubungan dengan orang lain atau masyarakat sekitar.
Model behavioral,rumpun model mengajar yang lebih menitik beratkan pada pengembangan perilaku yang direkayasa atas dasar kerangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar dan mengajar. Aktivitas mengajar dalam teori ini, harus ditujukan pada timbulnya perilaku baru atau berubahnya perilaku siswa ke arah yang sejalan dengan harapan/tujuan pembelajaran.
Guru adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, dalam arti mengembangkan ranah cipta, rasa, dan karsa siswa sebagai implementasi konsep ideal mendidik. Karakteristik kepribadian guru meliputi: fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan yang memadai dalam situasi tertentu. Guru yang mempunyai fleksibilitas kognitif yang bagus pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan mampu beradaptasi dalam segala kondisi.
Keterbukaan psikologis merupakan dasar kompetensi profesional (kemampuan dan kewenangan melaksanakan tugas) keguruan yang harus dimiliki oleh setiap guru. Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediaan yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempat bekerja. Selain itu juga memiliki empati dan mau menerima kritik dengan ikhlas.
Fungsi guru dalam proses pembelajaran yang dijelaskan dalam buku ini ada tiga yaitu: 1) designer of instruction (perancang pengajara); 2) manager of instruction (pengelola pengajaran); dan 3) evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa). Guru sebagai designer of instruction yakni seorang guru untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan pembelajaran yang berhaasil dan berdaya guna. Guru sebagai manager of instruction yaituguru sebagai pengelola pengajaran, dimana guru harus mampu mengelola (menyelenggarakan dan mengendalikan) seluruh tahapan proses pembelajaran. Kemudian guru sebagai evaluator of student learning, yakni fungsi guru haruslah mampu menilai hasil belajar siswa dengan mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar siswa atau kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran.
Comments
Post a Comment