Gaya Belajar dan Pembelajaran Menurut Kolb

Metode mengajar atau strategi mampu menyesuaikan dengan keberagaman siswa. Menurut Kolb (1984) model belajar experiental learning diklarifikasikan dalam ke empat kutub gaya belajar siswa yaitu concrete experience (CE), reflective observation (RO), abstract conceptualization (AC), dan active experimentation (AE).

(Sumber ilustrasi: http://www.gayabelajar.net/wp-content)

Concrete Experience (CE), siswa belajar melalui perasaan (feeling), degan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama dan sensivitas terhadap perasaan orang lain. Reflective Observation (RO), siswa belajar melalui pengamatan (watching), penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak dari hal-hal yang diamati. Abstract Conceptualization (AC), siswa belajar melalui pemikiran (thinking) dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi. Active Experimentation (AE), siswa belajar melalui tindakan (doing), cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani sesuatu yang bulat dan utuh. Pendekatannya pada setiap situasi adalah “mengamati” dan bukan “bertindak”.

Keempat kutub gaya belajar menurut Kolb (1984) akan membentuk kombinasi gaya belajar yang dikenal dengan gaya belajar Model David Kolb, keempat gaya belajar tersebut yaitu gaya belajar divergen, assimilator, converger, dan accomodator. Gaya belajar diverger merupakan kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching), yaitu gaya belajar individu yang membentuk pengalaman belajar melalui menghayati sendiri secara konkret, kemudian mentransformasikan ke dalam pengamatan reflektif. Siswa dengan tipe diverger unggul dalam melihat situasi konkret dari banyak sudut pandang yang berbeda kemudian menghubungkannya menjadi suatu yang bulat dan utuh. Pendekatannya pada setiap situasi yaitu “mengamati” dan bukan “bertindak”. Siswa dalam belajarnya biasanya lebih banyak bertanya mengapa (why). Guru dalam pembelajaran berperan dan berfungsi sebagai motivator.

Gaya belajar assimilator merupakan kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching), yaitu gaya belajar individu yang menangani pengalaman melalui konseptualisasi secara abstrak dan mentransformasi ke dalam pengamatan reflektif. Individu dengan tipe assimilator memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi serta merangkumnya dalam suatu format yang logik, singkat, dan jelas. Siswa dengan tipe siswa dengan tipe gaya belajar assimilator biasanya lebih banyak bertanya Apa/apakah (What). Peran dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai seorang expert atau ahli.

Gaya belajar converger merupakan kombinasi dari berpikir dan berbuat (thinking and doing), yaitu gaya belajar dengan membentuk pengalaman melalui konseptualisasi abstrak dan mentransformasi ke dalam eksperimentasi aktif. Individu dengan tipe konverger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Siswa dengan tipe siswa dengan tipe gaya belajar konverger biasanya lebih banyak bertanya bagaimana (how). Peran dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai seorang pelatih dengan menyediakan praktik terbimbing dan memberikan umpan balik yang tepat.

Gaya belajar accomodator merupakan kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing), yaitu gaya belajar yang menafsirkan pengalaman melalui menghayati sendiri secara konkret dan mentransformasi pengalamannya ke eksperimentasi aktif. Individu dengan gaya belajar akomodator memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. siswa membuat rencana dan melibatkan diri dalam berbagai pengalaman baru yang menantang. Siswa dengan tipe gaya belajar akomodator biasanya lebih banyak bertanya bagaimana jika (what if). Peran dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah berusaha menghadapkan siswa pada pertanyaan-pertanyaan terbuka “open-ended questions”, mengoptimalkan siswa berkesempatan mempelajari dan menggali sesuatu sesuai pilihannya.

Beberapa motode pembelajaran diselidiki dengan cara ini, untuk masing-masing, isi dan kondisi mengajar cocok digunakan untuk setiap gaya belajar yang diidentifikasi, bersama-sama dengan tipikal perilaku peserta didik mendukung gaya belajar. Contoh ilustrasi penerapan pembelajaran pada Gambar berikut.




Referensi
- Gagnon. R. 1996. Considerations sur les determinants d’une didactique de disciplines techniques: essai sur un mode semi-metaphorique. Quebec, Canada: Universite Laval, Faculte des sciences de I’education.
- Kolb, D.A. 1984. Experiental learning: experience as the source of learning and development. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
- Stone, J.E. 2002. Teacher training and pedagogical methods. In: Izumi, L.T., Evers, M.M., eds. Teacher quality. Standford, CA: Hoover Institution Press.
-Zourhlal, A. 1998. Contribution Theorique et emperique a etude de la connaissance significance en contexte de formation professionnelle. Quebec, Canada: Universite Laval

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan dari PSG dengan Prakerin dalam dunia SMK

Lirik Lagu Daerah Bojonegoro

Mars Telkom School dan Mars Yayasan Pendidikan Telkom