Tenggorokan
A. Pengertian
Tenggorokan
Tenggorokan (faring)
terletak di belakang mulut, di bawah rongga hidung dan diatas kerongkongan dan
tabung udara (trakea).
-
nasofaring (bagian
atas)
-
orofaring (bagian
tengah)
-
hipofaring (bagian
bawah.
Tenggorokan
merupakan saluran berotot tempat jalannya makanan ke kerongkongan dan tempat
jalannya udara ke paru-paru. Tenggorokan dilapisi oleh selaput lendir yang
terdiri dari sel-sel penghasil lendir dan silia.Kotoran yang masuk ditangkap
oleh lendir dan disapu oleh silia ke arah kerongkongan lalu ditelan.
Tonsil (amandel)
terletak di mulut bagian belakang, sedangkan adenoid terletak di rongga hidung
bagian belakang. Tonsil dan adenoid terdiri dari jaringan getah bening dan
membantu melawan infeksi.Ukuran terbesar ditemukan pada masa kanak-kanak dan
secara perlahan akan menciut.
Pada puncak trakea
terdapat kotak suara (laring), yang mengandung pita suara dan berfungsi
menghasilkan suara.Jika mengendur, maka pita suara membentuk lubang berbentuk
huruf V sehingga udara bisa lewat dengan bebas.Jika mengkerut, pita suara akan
bergetar, menghasilkan suara yang bisa dirubah oleh lidah, hidung dan mulut
sehingga terjadilah percakapan.
Epiglotis
merupakan suatu lembaran yang terutama terdiri dari kartilago dan terletak di
atas serta di depan laring. Selama menelan, epiglotis menutup untuk mencegah
masuknya makanan dan cairan ke dalam trakea.Proses menelan merupakan suatu
proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang berperan harus bekerja
secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini diperlukan
kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30
pasang otot menelan.
Pada proses menelan
terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam lambung. Secara
klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi
kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.
B. Neurofisiologi Menelan
Proses menelan dapat dibagi menjadi 3
fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase esophageal.
1. FASE
ORAL
Pada fase oral
ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan oleh gigi
geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan
membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses
ini berlangsung secara di sadari.
Peranan saraf kranial
pada pembentukan bolus fase oral.
Pada fase oral ini perpindahan
bolus dari ronggal mulut ke faring segera terjadi, setelah otot-otot bibir dan
pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidah
berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke
posterior. Bagian anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong
ke faring.
Bolus menyentuh bagian arkus faring
anterior, uvula dan dinding posterior faring sehingga menimbulkan refleks
faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m. palato faringeus (n.
IX, n.X dan n.XII)
2. Peranan
saraf kranial fase oral
Jadi pada fase
oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan nV.3 sebagai
serabut afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai
serabut efferen (motorik).
3. FASE
FARINGEAL
Fase ini dimulai ketika
bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus palatoglosus) dan refleks menelan
segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi :
m.
Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI)
berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas
dan ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring. m.genioglosus (n.XII,
servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis (n.IX,n.X)
berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.Laring dan
tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi
m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal
I).Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor
faring inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X,
n.XI) menyebabkan faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko
faring (n.X). Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus
esofagus dan dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan
turun ke bawah dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya
berlangsung sekitar satu detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan
makanan padat.
Comments
Post a Comment