Menulikan Telinga dari Ucapan Mematikan

Kehidupan berjalan secara alami bagi sekelompok katak yang saling berkejaran di antara pepohonan hutan. Namun, kejadian malang menimpa dua katak yang ada di sekolompok katak tersebut, keduanya terpelosok ke dalam lubang air cukup dalam. Semua katak melihat nasib kedua temennya yang malang itu. Mereka hanya bisa menaruh kasihan, karena mereka tak mungkin bisa menolong ke dua katak tersebut.


Mereka hanya bisa menyeru kepada kedua temennya itu dengan ucapan kalian berdua untuk pasrahlah dengan kematianmu. Berhari-hari telah dilalui kedua katak tersebut sebagai kenangan hidupnya. Karena, sebesar apapun usaha mereka lakukan, tidak akan mampu menyelamatkan diri mereka.

Kedua katak itu tidak mendengarkan seruan dari teman-temannya, mereka berdua terus meloncat-loncat, berusaha untuk menyelamatkan diri dari kubangan yang mematikan. Akan tetapi, usaha mereka sia-sia saja belaka. Bersamaan itu katak-katak yang lain terus menyeru agar mereka menghentikan usaha untuk menyelamatkan diri dan menerima nasibnya. Akhirnya, salah satu dari kedua katak itu pasrah dengan keadaan yang ada dan mati dalam kebisuan.

Namun, katak yang satu lagi pantang menyerah. Ia terus melompat dan melompat. Katak-katak yang ada diatas menyeru untuk menyerah saja dan menerima kematian dengan tenang. Akan tetapi, ia tidak menghiraukannya, dan ia terus berusaha untuk menyelamatkan diri dengan melompat-lompat. 
Akhirnya dengan perjuan yang keras katak tersebut sampai di pinggir lubang dan selamat dari kubangan maut tersebut. Ia berhasil meraih kebebasannya, setelah semua katak menyangka bahwa dirinya tinggal menjemput kematian.

Semua katak yang ada mengerumuni katak yang baru selamat ini. Mereka bertanya kepadanya dalam keheranan, Alangkah hebatnya usaha yang kamu lakukan! Bagaimana kamu bisa naik ke atas? 
Bagaimana kamu tidak putus asa, padahal kami terus menyerumu agar kamu pasrah dengan keadaan dan tidak berusaha untuk menyelamatkan diri?

Kemudian, katak yang selamat itu menceritakan kepada teman-temannya dengan nada ringan bahwa dirinya memiliki sedikit gangguan pendengaran. Ia tidak bisa mendengar dengan baik apa yang temennya serukan, saat dirinya berada dalam lubang itu.

Seruan katak-katak lain tidak bisa didengarnya dengan baik sehingga dirinya tidak terpengaruh. Bahkan sebaliknya, ia mengira bahwa seruan dan jeritan teman-temannya adalah sebuah support terhadap dirinya. Juga, sebuah peringatan agar dirinya jangan sampai pasrah dan putus asa. Ia mengaku pada mereka bahwa hal itu memberikan pengaruh kepada dirinya untuk terus berusaha melompat ke atas untuk menyelamatkan diri.

Sekiannn...
Wahai pembaca kisah ini, hal bisa diambil dari kisah ini bahwa
Lisan adalah anggota tubuh yang kecil, namun ia bisa menghancurkan tekad yang membara dalam diri pemiliknya, menghentikan niat yang ada, mematikan impian, dan menciutkan keahlian kita.
kemudian pelajaran yang bisa diambil 
1. Jangan biarkan orang lain melawan anda dengan membunuh karakter anda, baik dengan perkatannya yang menusuk harga diri atau dengan kritik yang menghancurkan. Kabarkan pada semua orang bahwa diri anda tidak menerima kehancuran dan bangunan jiwa anda kokoh dalam menggapai impian dan cita-cita.
2. Jadikanlah diri anda layaknya tetesan air bagi orang lain yang kehausan dan mendorong kepercayaan diri orang-orang yang anda kenal. Jadilah orang yang memiliki sikap yang mensupport kemajuan, kata-kata yang mendonggrak semangat, dan mengharap kesuksesan dan kebahagiaan bagi semua orang. Berikanlah harapa, tebarkanlah keoptimasan, dan tanamkan kepercayaan diri.

- - - - - -
Dikutip dari buku motivasi dan inspirasi karangan Karim Asy-Syadzilly.

Comments

Popular posts from this blog

Lirik Lagu Daerah Bojonegoro

Perbedaan dari PSG dengan Prakerin dalam dunia SMK

Decision Support System (DSS) Dalam Bidang Pendidikan